Rabu, 04 Februari 2009

Gerakan G/30 S/PKI di Indonesia

Peristiwa ini terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin, pada saat itu ketegangan sosial politik terus memuncak dan terjadi kecurigaan antar partai politik, partai dengan militer dan keduanya dengan presiden. Pada mulanya sekitar tahun 1965 Presiden Soekarno menderita sakit keras. Menurut dokter dikatakan Presiden akan mengalami lumpuh dan akan meninggal dunia.

Keadaan yang mendesak tersebut, maka DN Aidit mengubah strategi dari perebutan melalui parlemen diubah menjadi kekuatan atau yang disebut kudeta. Oleh karena itu, Angkatan Darat sebagai kekuatan yang sanggup menyaingi PKI harus dijadikan sasaran utama. PKI menyebar isu bahwa Angkatan Darat membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap presiden Soekarno. Dewan itu agen neokolim, Amerika Serikat dan Inggris. PKI berhasil menyusup ketubuh ABRI dan mempengaruhi Brigjen Suparjo, Letkol Untung, dan Letkol Pol. Anwas untuk mendukung PKI.

Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta itu dilawan oleh Dewan Revolusi buatan PKI dan dewan ini akan membentuk pemerintahan Nasakom, mendemisionerkan kabinet Dwikora, dan dengan kekerasan merebut kekuasaan pemerintah serta mengganti Pancasila dan UUD 45 dengan Undang-Undang Komunis.

Informasi yang didapat Dewan Jenderal akan melakukan kudeta pada tanggal 5 Oktober 1965. PKI melalui Dewan Revolusi harus beraksi lebih dahulu pada tanggal 30 September 1965

Di Jakarta, PKI melakukan penculikan terhadap enam orang jenderal senior dan satu ajudan, dan di Yogyakarta dua orang perwira menengah diculik. Di Jakarta, penculikan dipimpin oleh Letkol Untung yang menguasai stasiun radio dan telekomunikasi. Ia mengumumkan pembentukan Dewan Revolusioner yang bertugas melindungi presiden Soekarno dan mengawal Demokrasi Terpimpin.

Gerakan tersebut menewaskan tujuh orang korban penculikan, yaitu :

  1. Letnan Jenderal Ahmad Yani.
  2. Letnan Satu Piere Andreas Tendean.
  3. Mayor Jenderal R. Soeprapto.
  4. Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo.
  5. Mayor Jenderal Suwondo Parman.
  6. Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan.
  7. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiharjo.

Dewan Revolusi di Yogyakarta dipimpin oleh Mayor Mulyono. Mereka di Yogyakarta melakukan penculikan tehadap :

  1. Kolonel Katamso.
  2. Letnan Kolonel Sugiyono.

Peristiwa ini menurut saya sangat memprihatinkan sekali dimana yang melakukan itu orang Indonesia Sendiri. Dan mudah-mudahan kejadian di masa yang kan datang tidak terulang lagi dan kita juga dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut.

1 komentar:

mail mengatakan...

mantap

Template by : kendhin x-template.blogspot.com